Berbagi Tulisan Berbagi Manfaat

Sabtu, 06 Juli 2019

Ngeblog dari Hati, Rezeki Mengikuti

00.00 Posted by Ibu Ibu Doyan Nulis Solo Raya , No comments


Sebenarnya IIDN Solo sudah pernah belajar tentang seluk-beluk blogging saat kopdar, dengan Mbak Ety Abdoel, pemilik etyabdoel.com yang juga anggota IIDN, sebagai pematerinya. Namun begitu, ketertarikan teman-teman IIDN Solo pada blogging ternyata cukup besar, meski mayoritas anggota IIDN lebih fokus sebagai penulis buku.

Maka ketika kami mendapat kabar bahwa Bu Ketua Pusat, Mbak Widyanti Yuliandari, akan datang ke Solo, yang pertama kali tercetus dalam kepala adalah, kami harus menodong ilmu blogging dari beliau. Untuk diketahui, Mbak Wid, begitu beliau biasa dipanggil, adalah seorang blogger senior. Menurut pengakuan beliau, menulis di blog dimulainya sejak tahun 2008, saat jumlah blogger belum sebanyak sekarang.

Dan tibalah hari itu, Minggu, 30 Juni 2019. Bertempat di kediaman Bu Tri, kami belajar bersama. Oya, memang akhir-akhir ini kami sering belajar di rumah Bu Tri, karena rumah Bu Tri banyak dan besar sekali. Bosan dengan Joglo (yang juga milik beliau), kami pindah ke rumah beliau yang lain lagi. Serius, kami semua betah. Aga, anak saya, pun tak ingin pulang.

Barokallah, Bu Tri… Semoga semua kerepotan diganti dengan pahala yang besar, aamiin YRA.

Lanjut, yaa…

Acara dibuka oleh MC dadakan, Bu Noer Ima Kaltsum, yang membranding dirinya sebagai The Queen of Koplo. Ini karena saking seringnya tulisan beliau dimuat di rubrik “Ah Tenane” Solopos, dengan Jon Koplo sebagai tokoh utamanya.

Dan tibalah saat yang ditunggu. Kami semua diam, anteng, khusyuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh Mbak Widyanti Yuliandari.

Ada beberapa hal yang saya catat. Sebagai penulis, baik itu penulis buku maupun penulis blog, tentu kita ingin agar tulisan kita disukai oleh pembaca. Nah, sebagai blogger, apa saja sih strategi agar blog kita disukai?


  • Konten

Seperti yang sudah sering kita dengar, content is the king. Jadi, mau tidak mau kita harus bersedia membuat konten yang berkualitas. Berlatihlah membuat tulisan yang enak dibaca. Cari tema-tema yang disukai atau dibutuhkan oleh pembaca, tanpa meninggalkan minat pribadi.
  • Traffic

Yes, traffic blog juga memerlukan perhatian yang serius bagi teman-teman yang ingin menjadi blogger profesional. Biasanya, brand akan tertarik dengan blog yang traffic-nya tinggi. Dan untuk mendapatkan traffic yang memuaskan, tentu konten yang kita buat harus bias menarik pembaca pula, karena biasanya traffic berbanding lurus dengan kualitas konten, meski tidak selalu begitu.

Selain kembali pada kualitas konten, mau tidak mau kita harus belajar untuk mengerti dan menerapkan SEO juga. Wiih, PR-nya banyak ya?
  • Mengoptimalkan Beberapa Parameter

Memutuskan untuk menjadi blogger profesional, tentu ada konsekuensi yang harus dibayar. Kita harus mau pusing-pusing memikirkan parameter kesehatan blog, antara lain DA, PA, Spam Score, dll. Dan untuk mencapai DA / PA yang tinggi, rajin-rajinlah menulis tulisan yang berbobot, karena frekuensi posting juga diyakini berhubungan dengan parameter tadi. Tapi ingat ya, jangan menulis asal-asalan. Penuhi standar minimal jumlah kata.
  • Optimasi Medsos

Sebenarnya saya tuh pengen menonaktifkan facebook, Karena you know lah ya, lama-lama koq bikin emosi aja isinya. Hahaha… Tapi blogger tanpa medsos, bagaikan mobil tanpa mesin. Wkwkwk…

Tak bisa dimungkiri, media sosial punya pengaruh dalam meningkatkan trafik blog meski hanya sekian persen. Tapi dari media sosial juga kita akan dikenal, ya kan?
  • Networking

Kalau boleh bertestimoni. IIDN mempunyai andil yang besar dalam membantu saya menekuni hobi menulis. Dari IIDN pula akhirnya saya mengenal teman-teman blogger. Jadi, berkomunitas, membangun networking itu penting.

Dan kata Mbak Wid, networking seharusnya bukan hanya memperbanyak relasi agar mendapat banyak kesempatan. Namun, networking adalah tentang membangun hubungan yang setara dan saling menguntungkan. Jadi, misal nih, sudah tahu bahwa kita sama-sama membutuhkan follower di Instagram, ya kalau sudah follow nggak usah pakai unfollow lagi lah. Kan harus saling menguntungkan. Ya kan? Hihi, baper ya kalau sudah follower.


Oke, itu adalah 5 strategi agar kita bisa menjadi blogger profesional dambaan semua insan. Wkwkwk… Yang paling penting adalah jangan merasa cepat puas dan harus mau belajar, karena teknologi selalu berkembang.

Terima kasih. Selamat ngeblog ya, teman-teman… 

Selasa, 12 Februari 2019

Selamat Kepada Pengurus Baru IIDN Solo Raya!

00.00 Posted by Ibu Ibu Doyan Nulis Solo Raya , No comments


Selasa (5/2) kemarin, tak terasa komunitas tercinta, Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) Solo Raya telah berusia 5 tahun. Sebenarnya hari jadinya pas Desember. Namun karena kesibukan anggota IIDN Solo Raya maka kopdar Ulang Tahun baru terlaksana pada Febuari 2019 ini di Rumah Joglo milik Bu Tri (anggota IIDN Solo). Usahlah dirisaukan, yang penting kopdar ini terlaksana.

Tidak mudah menyamakan agenda untuk kopdar. Makanya, saat kopdar senantiasa diupayakan untuk hadir. Apalagi kopdar kali ini mengusung tema penting bagi kemajuan IIDN Solo Raya.

Pengurus baru IIDN Solo Raya terpilih dari pemilihan melalui Grup di Facebook dan WA. Hasilnya, Hana Aina sebagai Ketua IIDN Solo Raya, Ima Kaltsum sebagai Sekretaris IIDN Solo Raya dan Yuni Buy sebagai Bendahara IIDN Solo Raya. Kemarin itu ditandai dengan pemotongan tumpeng gudangan buatan Uti tersayang Uti Astuti.

Ketua baru IIDN Solo Raya termasuk anggota muda yang belum jadi Ibu-ibu. Namun kecintaannya pada dunia menulis dan buku, patut diapresiasi. Kami percaya bahwa semangat muda Mbak Hana bisa membawa IIDN Solo Raya lebih maju dan eksis mengukir karya. Harapannya jua, ikut menyumbang kontribusi bagi masyarakat umum.

Lihat saja gebrakan ketua baru IIDN Solo Raya ini. Mbak Hana mengulas beberapa program kerja baru untuk IIDN Solo. Program itu merupakan hasil dari pemikiran anggota IIDN Solo yang dikumpulkan via WA. Banyak juga programnya. Intinya memang ingin IIDN Solo agar “Mengaung.” Diantaranya menginginkan menerbitkan buku bersama (antologi).


Sebenarnya sudah lama, IIDN Solo bercita-cita menerbitkan buku bareng. Namun, banyak kendala yang dihadapi. Diantaranya, menyamakan pemikiran dan bahasa tulisan. Hal ini sangat penting, agar ‘manis’ terbaca di buku karya bersama. 

Namun, bukan tidak mungkin anggota yang beragam usia dan latar belakang ini bisa selaras. Buktinya, anggota IIDN Solo bolak-balik menuliskan pengalaman lucunya di rubrik Ah Tenane, Surat Kabar Harian di Kota Solo. 

Lebih dari 100 tulisan Ah Tenane berasal dari anggota IIDN Solo. Bukan jumlah nominal dari Solopos yang bikin semangat anggota IIDN Solo mengirim karyanya. Tapi bukti bahwa anggota IIDN Solo, jago melucu juga kan?

Pengen tau seberapa lucunya anggota IIDN Solo? Tunggu episode berikutnya.

Yang terpenting dari komunitas ini adalah menjaga semangat kekeluargaan dan semangat menulis. Karena di sini, lebih dari melatih kemampuan menulis merajut kata. Kami merajut chemistry kekeluargaan. 


Wanita sejatinya ingin dimengerti... 
IIDN Solo mengerti kebutuhan anggotanya.

Selamat bekerja pengurus baru IIDN Solo. Semoga karya IIDN Solo Raya segera eksis ya. 
Aamiin...

Minggu, 16 Juli 2017

Saat Perempuan Berdiskusi dan Bersinergi di Kopdar IIDN Solo Raya

20.49 Posted by Ibu Ibu Doyan Nulis Solo Raya , 1 comment
  
Kopi darat alias kopdar. Salah satu acara rutin yang paling ditunggu oleh anggota komunitas Ibu Ibu Doyan Nulis Solo Raya (IIDN-SR). Selama kurang lebih 2 bulan, kami hanya chit chat cantik via sosial media. Nah, ini adalah kesempatan untuk semua anggota bertatap muka langsung. Terutama untuk anggota baru. Secara, selama ini hanya berkomunikasi di dunia maya. Kini bisa langsung bertemu dengan orang yang bersangkutan di dunia nyata.

Selasa, 08 September 2015

BELAJAR BERSAMA KANG ABIK

21.00 Posted by Ibu Ibu Doyan Nulis Solo Raya , , , , , , 2 comments


(Bismillaahirrahmaanirrahiim)

Lagi-lagi saya mendapat kesempatan menuntut ilmu kepada seorang penulis ternama. Ya, beliau adalah Habiburrahman El Shirazy atau yang biasa dipanggil Kang Abik. Kang Abik diundang secara khusus untuk mengisi stadium general (kuliah umum) di kampus STIM (Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Mukmin) Ngruki, Sukoharjo bertepatan hasi Senin tanggal 31 Agustus 2015. Namun, saya sebagai anggota IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) Solo mendapat kesempatan belajar bersama Kang Abik atas undangan dosen STIM, Pak Fajar Shodiq, yang juga merupakan suami dari ibu penasehat IIDN SOLO, Ibu Candra Nila Murti Dewojati. (Sedikit nepotisme apa ndak ya ini..hehehe).
Acara dijadwalkan dimulai pukul 13.00 WIB. Namun saya baru sampai di lokasi pukul 14.15 WIB karena menghabiskan jam dinas terlebih dahulu. Untungnya acara belum dimulai dan terpaksa diundur karena pesawat Kang Abik baru mendarat pukul 13.00 WIB di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, sehingga masih butuh waktu untuk perjalanan dari bandara ke kampus STIM.
      Setelah daftar ulang, saya langsung menuju ruang seminar. Saya PD saja duduk sendirian diantara sekian banyak siswa SMA dan Mahasiswa STIM yang rata-rata masih remaja dan tidak ada yang saya kenal satupun (Peserta seminar kemarin juga dihadiri oleh siswa kelas 3 SMA Pondok Al-Mukmin Ngruki, SMA Islam Gading dan Siswa SMA MTA Surakarta). Setelah beberapa lama saya menjadi “ibu-ibu” sendirian, akhirnya datanglah Bu Candra, sehingga duduklah dua “ibu-ibu” diantara sekian banyak remaja yang cantik dan ganteng. Tak lama setelah kedatangan Bu Candra, seolah ada ikatan jiwa antara sepasang suami istri, Pak Fajar yang menjadi moderator mulai memberikan sambutan. Sempurna! (Pak Fajar kok seperti nunggu istrinya datang dulu biar nggak ketinggalan, hehehe. Nah lho, ini mau nyeritain Kang Abik apa nyeritain Pak Fajar dan BU Candra, to?cut cut cut! Hehehe).
     Singkat cerita (padahal masih panjang), Kang Abik telah tiba di lokasi dan mulai berbagi pengalamannya tentang novel dan film. Berikut ini akan saya ulas dengan bahasa saya sendiri dan sedikit tambahan tanpa mengubah inti materi. Selamat mambaca! 
    Kang Abik memulai dengan cerita dalam Q.S. Yusuf, saat Nabi Ya’qub ‘Alaihissalam memerintahkan anak-anaknya pergi ke Mesir di musim kemarau yang panjang. Nabi Ya’qub ‘Alaihissalam menganjurkan agar anak-anaknya memasuki Mesir secara menyebar “dari berbagai pintu, tidak pada pintu yang sama”. Menurut Kang Abik, kalimat “dari berbagai pintu, tidak pada pintu yang sama” ini sangat cocok untuk metode berdakwah. Berdakwah di jalan Alloh itu dari pintu yang bermacam-macam, karena cara berpikir manusia berbeda-beda, tidak ada yang sama. Dari sekian banyak masyarakat, ada di antara mereka yang hatinya bisa disentuh lewat mimbar masjid dengan ceramah-ceramah, ada yang bisa disentuh melalui pelatihan-pelatihan, ada yang bisa disentuh melalui hobi yang baik, ada juga yang bisa disentuh dengan jalan pendidikan dan lain-lain. Diantara sekian banyak pintu tersebut ada yang bisa disentuh melalui seni. Seni yang dimaksud di sini adalah karya sastra.
Jika diperhatikan, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala memberikan mukjizat kepada Nabi pilihan-Nya sesuai dengan keadaan kaum Nabi tersebut. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala memberikan mukjizat kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam berupa tongkat yang bisa diubah menjadi ular. Ketika itu kaum Nabi Musa ‘Alaihissalam banyak yang menggunakan sihir. Siapa yang paling kuat sihirnya, maka dialah yang menang. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala memberikan mukjizat kepada Nabi Isa ‘Alaihissalam berupa kemampuan bisa menyembuhkan orang buta, kusta bahkan menghidupkan orang yang telah meninggal atas ijin-Nya. Saat itu kaum Nabi Isa ‘Alaihissalam sedang berada di puncak mengenal ilmu yang berkaitan dengan kesehatan. Demikian pula Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam diberi mukjizat oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berupa Al-Qur’an yang merupakan firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang bernilai sastra tinggi dan tiada tandingannya. Pada saat itu kaum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam merupakan kaum yang pandai bersyair. Kabilah-kabilah di Arab bisa berseteru hanya karena syair suatu kabilah yang isinya memuji-muji pemimpinnya atau merendahkan kabilah lain. Al-Qur’an diakui sebagai mukjizat paling hebat dan mengalahkan syair-syair. Para pakar syair di zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam terpesona dengan Al-Qur’an cukup dengan tiga huruf Alif Lam Mim. Al-Qur’an diakui tidak berasal dari manusia tetapi kebanyakan dari mereka tidak beriman.
Penyair di zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam terbelah menjadi dua, sebagian masuk islam dan sebagian lagi tetap jahiliyah/ memusuhi islam.
Ketika Fathul Makkah, dimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menyerukan aman bagi siapa saja yang masuk Masjidil Haram dan rumah Abu Sofyan. Ada beberapa penyair yang tidak diampuni Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam karena selalu menghina dan merendahkan islam juga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Saat itu Rasulullah memanggil Hasan bin Tsabit yang terkenal sebagai penyairnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Beliau memerintahkan kepada Hasan bis Tsabit untuk mengeluarkan syairnya, mengucapkan syairnya dan Beliau berkata bahwa Jibril akan menyertai Hasan bin Tsabit. Namun, dalam syairnya, meskipun Hasan bin Tsabit bermaksud membalas kepada mereka yang menghina islam, Hasan bin Tsabit tetap menggunakan bahasa yang sopan. Dari cerita ini bisa diambil kesimpulan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menggunakan syair melalui Hasan bin Tsabit untuk berdakwah, sedangkan syair termasuk karya sastra.
Kang Abik sendiri pun bercerita ketika sedang di Mesir, Kang Abik pernah menemukan kumpulan syair Abu Bakar Ash-Shidiq, Diwan Abu Bakar, yang menandakan bahwa Abu Bakar Ash-Shidiq ternyata seorang penyair yang ulung.
Menurut Kang Abik, sastra bisa dikemas dalam berbagai hal diantaranya film. Tentu film ini harus mendidik sehingga mempengaruhi kehidupan ke arah lebih baik. Kang Abik bercerita ketika mungkin dulu saat novel beliau, Ayat-Ayat Cinta, difilmkan dan menjadi pro kontra, beliau hanya ingin sisi positifnya bisa menjadikan kebaikan. Salah satunya yaitu ketika Aisyah bercadar, hal tersebut agar masyarakat awam tidak takut dan memandang negatif terhadap orang bercadar. Dan benar saja, film Ayat-Ayat Cinta yang fenomenal itu menimbulkan fenomena sosial lain yaitu muncul kerudung Ayat-Ayat Cinta sehingga semakin banyak muslimah yang berkerudung.
Pengalaman Kang Abik yang lain yaitu dalam film Ketika Cinta Bertasbih (KCB), pemain yang bermain dalam film tersebut dikontrak untuk tidak bersentuhan tangan dengan pemain lawan jenis yang bukan mahram. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap penonton, karena ternyata ada artis yang tetap menjaga diri walau dia bermain peran dengan lawan jenis.
Jika dilihat, di Indonesia rating televisi yang paling tinggi adalah sinetron. Jika saja ada insan pertelevisian yang bisa memanfaatkan dengan menyuguhkan sinetron yang berkualitas, maka akan membawa perubahan positif tersendiri bagi penikmat sinetron. Gambar saja yang tidak ada kata-katanya mampu menjelaskan peristiwa yang terjadi. Misalnya gambar seorang anak kecil yang menangis di depan jenazah ibunya, orang yang melihat gambar tersebut bisa ikut merasa sedih bahkan menangis membayangkan peristiwa dalam gambar. Begitu dahsyatnya masa terpengaruh oleh yang ditontonnya maka bisa kita simpulkan bahwa media itu ibarat pisau. Pisau, jika di tangan penjahat, akan digunakan untuk kejahatan. Tetapi, jika di tangan seorang ibu, maka akan digunakan untuk kebaikan, seperti memasak untuk suami dan anak-anak. Maka media harus bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk menebar kebaikan.
Oleh karena itu, bisa saya simpulkan dari materi yang disampaikan Kang Abik, bahwa dalam berdakwah, kita harus cerdas dan inovatif dengan tetap memegang nila-nilai kebaikan.
Nah, sudah selesai (ngos-ngosan nih,hehehe). Setelah materi selesai, dilanjutkan sesi tanya jawab dan foto-foto serta minta tanda tangan Kang Abik. Oh iya, seminar sempat di break untuk sholat Ashar terlebih dahulu, dan saat Ashar itu Bunda Yuni nyusul ikut seminar. Jadi bergabunglah tiga ibu-ibu di antara remaja-remaja nan cantik dan ganteng. Kami pun berfoto dengan Kang Abik dan mendapat tanda tangannya. Sayangnya kami tidak ada yang membawa novel beliau, sehingga tanda tangannya di buku biasa, sayang banget kan padahal di rumah ada novelnya beliau. Tapi Alhamdulillah banget deh bisa ikut belajar bersama Kang Abik walau harus memendam rindu pada keluarga karena jam 5 sore baru selesai. Hehehe. Lebay!  Yang kemarin tidak bisa gabung jangan ngiri ya! Hehehe.
Akhir kata, mohon maaf jika dalam tulisan saya ada yang tidak berkenan. Terima kasih sudah mau membaca sedikit tulisan saya yang menurut saya agak amburadul. Semoga bermanfaat. Salam! 

Rabu, 31 Desember 2014

REFLEKSI TAHUN 2014

18.11 Posted by Ibu Ibu Doyan Nulis Solo Raya , , , , , No comments
Tiga ratus enam puluh lima hari telah kita lewati di tahun 2014 ini. Banyak rencana yang kita canangkan pada awal tahun, yang ternyata belum tentu terealisasi semua. Ada pula banyak hal yang begitu saja muncul sebagai bagian dari cobaan dan anugerah dari Alloh kepada makhluknya. Salah satunya adalah apa yang dialami oleh Astutiana. Uti Astuti, demikian beliau biasa disapa, menceritakan kepada kita lewat tulisannya sebagai bagian dari refleksinya di penghujung tahun ini.



Salam. Alhamdulillah sebentar lagi tahun berganti. Kita menyadari bahwa semua itu sudah kondrat kauniyah. Waktu bergulir cepat tanpa bisa diulang. Masalahnya sudahkah waktu singkat kita di dunia ini kita gunakan dengan efektif?

Pemikiran di atas sungguh menohok bila digunakan untuk merefleksi apa yang sudah aku perbuat selama 2014 di usia yang lebih dari setengah abad. Ketika tahun 2014 datang aku sangat gembira menyambutnya. Begitu banyak target dan janji untuk menyemangati diri sendiri. Tapi di tengah perjalanan apa yang terjadi? Tentu tak seindah impian.

Akhir Desember 2013 aku mengikuti pelatihan Teacher Training Writing yang diselenggarakan oleh IGI Jakarta bertempat di UNJ selama dua hari. Hasil dari pelatihan ini cukup lumayan (dari pada lumanyun ). Ada wadah khusus buat mempraktekkan ilmu yang diperoleh yaitu di Guraru, Guru Era Baru. Ini adalah sebuah rumah yang komunitasnya para guru di Indonesia yang hobi menulis dan peduli dengan dunia pendidkan. Alhamdulillah ada apresiasi dari keaktifan dan juga tulisan yang aku posting berupa uang tunai Rp.250.000,- selain berbagai buku sebagai hadiah keaktifan atau juga buku dari sponsor.

Mimpiku yang hampir meredup karena kurang dipupuk atau memang sudah terlalu tandus untuk ditanami, perlahan tapi pasti kucoba untuk merawatnya kembali. Kuberi food supplement, kubuang penyakit yang merusaknya, dan kubangun kembali mimpi yang hampir mati itu. File lama aku bongkar lalu hampir tiap hari aku posting di Guraru, blog baru, atau di Kompasiana. Hasilnya ada satu tawaran menulis buku kroyokan atau istilah lainnya antologi. Pak Thamrin Sonata, wartawan sekaligus penulis kawakan mengajakku. Akhirnya buku itu terbit di awal Maret 2014 dengan judul ”25 Kompasianers merawat Indonesia”. Tema tulisanku tidak jauh dari parenting, yaitu ”Sudahkah Anak Kita Menjadi Asset Dunia Akherat”. Ini sebuah tulisan bagaimana seharusnya seorang ibu merawat anaknya dan juga generasi yang ada di bumi Indonesia.

Pak Thamrin di pertengahan Juni 2014 kembali mengajak membuat buku dengan tema pancasila rumah kita..Tadinya aku tidak sanggup menimbang waktu yang mepet dan merasa kurang menguasai materi yang akan aku tulis. Tapi Pak Thamrin terus meminta supaya aku ikut. Aku teringat tulisanku yang pernah aku posting di Kompasiana. Tulisan itu tentang edisi khusus ringkasan kajian Tafsir Al Quran yang aku peroleh ketika duduk manis di sebuah ta’lim yang sering aku ikuti. Aku pikir ini ada relevansinya dengan sila pertama yaitu “ Ketuhanan yang Maha Esa”, bagimana kita menjadi orang Islam yang sesungguhnya. Ada perasaan bahagia yang tak ternilai ketika tulisanku bisa jadi satu buku dengan banyak tokoh kritis di dunia penulisan, Ada dosen, purnawirawan, dan tokoh lain yang memiliki pemikiran yang hebat tentang Indonesia.

Tahun 2014 adalah tahun yang begitu indah dan penuh keberkahan. Rasanya perlu berjuta halaman untuk menuangkannya kembali. Kali ini aku fokus merefeksi hasil belajarku menulis. Semangatku selalu on. Dari hari, minggu, bulan berjalan setiap saat ada kesempatan untuk mengembangkan diri di dunia literasi. Bergabungnya aku dengan IIDN Soloraya. Alhamdulillah ada dua naskah yang sudah ngantri di penerbit. Jasa jual putusnya juga sudah kunikmati. Naskah tersebut “Manggis dan Sirsak Dua Buah Penumpas Penyakit Yang Mematikan.” Dibidani oleh Re! Media, info ku dapat dari pertemuan IIDN Soloraya di rumah Mbak Ima di Karanganyar, April 2014. 

Naskah ke dua aku tulis ketika mendapat info dari Mba Ety bulan Juni 2014, ketika IIDN Solo mengadakan kopdar di Taman Balekambang. Materi yang membahas masalah blog milik Pakde Kholik nyasar ke salah satu nama yang sama dan ternyata beliau seorang yang bekerja di penerbitan. Sangat sederhana. Lewat chatting di inbox, lalu kirim outline dan contoh tulisan, saya dikirimi SPK (surat perjanjian kerja) dan diminta menulis tentang ”Prilaku Sehat yang Harus Diketahui Anak”. Begitu selesai, uang jasa pun cair. Alhmadulillah.

Istilah berteman dengan pedagang minyak wangi berlaku untukku. Mengapa? Pertemananku dengan komunitas penulis membawaku jadi beraroma harum. Aku aktif di IGI Soloraya yang didaulat jadi sekretaris. IGI menjalin kerja sama dengan media cetak Joglosemar. Alhamdulillah. Tiga kali aku mengirim naskah, ada dua yang dimuat. Tulisan opini yang aku kirim adalah yang sedang aktual yaitu Kurtilas (Kurikulum 13)

Kalau ditanya sudah puas dengan hasil yang dicapai, pasti aku menjawabnya belum, karena masih ada resolusiku  yang belum tercapai. Kira kira apa ya? Menjadi motivator di suatu events atau diklat kepenulisan. Walau saat ini rutin seminggu sekali aku sudah menularkan ilmu menulisku yang masih berumur jagung ini kepada santri-santri putri di Pondok Pesantren Takmirul Solo.

Aku akhiri dulu tulisan ini, berharap bisa menjadi sesuatu yang memotivasi diriku sendiri dan mungkin bisa juga untuk menginspirasi mbak, ibu, dan siapa saja yang sempat singgah di tulisan ini.

Selasa, 16 Desember 2014

KUMPUL BARENG IIDN SOLO DI AYAM – AYAM RESTO

15.59 Posted by Ibu Ibu Doyan Nulis Solo Raya , , , 2 comments
Gubrak ... Ketiban sampur untuk bikin laporan KOPDAR yang ke 6, sekaligus Milad IIDN SOLO yang ke–1. Baiklah teman – teman, kali ini Bunda mau kerahkan kemampuan untuk bikin laporan kebersamaan kita di Ahad yang cerah ceria 14 Desember 2014.
Bismillah , semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya. Selamat menyimak reportase ala Bunda ...
Jam tanganku menunjukkan pukul 09.00. Alhamdulillah yang semula aku udah minta ijin datang telat. Ternyata Allah memberikan kemudahan dan kelancaran rencanaku untuk menghadiri pertemuan IIDN Solo di Ayam – Ayam Resto Karanganyar, yang kali ini Mbak Ety yang jadi tuan rumah. 
Sampailah aku di lokasi pukul 09.30. Aku kira paling dulu datngnya, ternyata ada Uti dan Mbak Ety yang sudah asyik dan tekun belajar bikin blog. Salud untuk Uti, ayo kita yang muda – muda jangan kalah dong ama Uti...
Dengan senyum yang manis semanis permen karet, Mbak Ety menyambutku dengan peluk dan cipika cipiki, begitu juga dengan Uti ... Peluk hangat dan penuh rindu terobati disini.
Waktu bergulir, hari beranjak siang. Satu persatu anggota datang dengan wajah–wajah yang ceria, hangat dan penuh cinta. Alhamdulillah ada keluarga baru di IIDN Solo, Mbak Novi yang akrab dipanggil Yang dan Mbak Aan. Keduanya adalah wanita yang ulet. Sambil belajar menulis, mereka bawa dagangan kain, baju, kerudung dll. Eh, ternyata virus bisnis cepat menyebar di komunitas ini. Selain belajar menulis, ngeblog, juga transaksi jual beli, hehehe. Inilah serunya kalau ibu – ibu pada ngumpul.
Nah ... Masuk pada topik utama. Belajar merias blog. Pakar blog alias blogger yang membanggakan dari IIDN Solo, Mbak Ety Abdoel sudah siap dengan materinya. Kami ibu–ibu yang udah kepo bingit (niru bahasa ABG) alias ingin tahu banget tentang utak–atik blog mulai menyimak langkah–langkah yang diberikan ibu guru Ety. 

Belajar tak kenal usia

Namanya juga ibu–ibu, tentunya gurunya harus extra sabar. Apalagi ngajar Bunda Yuni yang gaptek tingkat dewa. Makasih ya Mbak Ety yang dengan penuh kesabaran menuntun satu per satu. Traaang .... Blog yang cantik manis mulai nampak di layar. Lumayan lola–lola internetnya, tapi bikin tambah asyik. Ada yang muter–muter gak nongol–nongol, ada yang ngacir ... Duh, pokoknya seru. Pelajaran ngeblog episode 1 selesai dengan lancar.
Lanjut pelajaran ke–2 oleh Mbak Zazkia dengan Matriknya. Memang perencanaan dan komitmen harus kita bentuk dengan semangat dan niat agar karya dan mimpi segera tercapai dengan mulus .
Asyiiikkk ... Saatnya makan siang. Sayur sop dan nasi ayam sambel trasi melengkapi menu yang dibuka dengan teh hangat dan snak menemani ketak ketik kami yang mengahasilkan postingan yang tentunya sesuai dengan ide dan kreatifitas masing – masing.
Ini nih ada lagi yang nongol. Mangga arum manis plus jambu air yang merah merekah dari kebun Bu Ima yang ditanam dan dipetik oleh pemiliknya dengan penuh cinta. Wow, tentu semakin manis dan nyus rasanya. Matur nuwun Bu Ima.
Akhirnya kami pulang dengan membawa oleh–oleh ilmu, sekantong mangga dan tentunya membawa kesan yang mendalam dengan pertemuan yang asyik dan akrab.
Lagi–lagi tak akan seru tanpa berfoto bersama untuk dokumentasi komunitas IIDN Solo. Ala anak ABG, ibu–ibu ini narsis berpoto ria. Al hasil, bapak–bapaklah yang jadi potografernya. Matur nuwun Pak Fajar dan Pak Abdul Rohman, dan makasih ya anak–anak cantik yang sudah menemani bunda kalian dengan sabar. 

Personil IIDN Solo yang selalu eksis

Inilah serunya kumpul bareng komunitas yang sevisi dan misi. Selamat Milad yang ke–1 untuk IIDN Solo, mari maju bersama meraih mimpi.
Sekian laporan yang bisa  Bunda Yuni sampaikan. Apabila ada yang kurang berkenan mohon dimaafkan. Monggo teman–teman bisa menambahi yang mungkin terlupakan belum Bunda tulis disini

Senin, 10 November 2014

SHARING BERSAMA LYGIA PECANDUHUJAN

14.46 Posted by Ibu Ibu Doyan Nulis Solo Raya , , , , , , , No comments
Oleh : Hana Aina

sharing seru tentang dunia kepenulisan
Kamis, 2 Oktober 2014 adalah hari yang sangat membahagiakan bagi anggota IIDN Solo. Betapa tidak, saat kami tiba-tiba mendapat undangan tidak resmi untuk acara KopDar dengan salah satu penulis wanita yang namanya sudah tersohor hingga seantero nusantara. Lygia Pecandu Hujan atau yang biasa dipanggil Teh Gia, mengajak kami ngobrol dan sharing di sore yang sedikit mendung di Cafe Tiga Tjeret. Cafe yang terletak di jalan Ronggowarsito No. 97 ini memang pas untuk nongkrong dan acara kumpul-kumpul baik dengan seluruh anggota keluarga ataupun juga dengan teman dan kolega.