Tiga ratus enam puluh lima hari telah kita lewati di tahun 2014 ini. Banyak rencana yang kita canangkan pada awal tahun, yang ternyata belum tentu terealisasi semua. Ada pula banyak hal yang begitu saja muncul sebagai bagian dari cobaan dan anugerah dari Alloh kepada makhluknya. Salah satunya adalah apa yang dialami oleh Astutiana. Uti Astuti, demikian beliau biasa disapa, menceritakan kepada kita lewat tulisannya sebagai bagian dari refleksinya di penghujung tahun ini.
Salam. Alhamdulillah sebentar lagi tahun berganti. Kita menyadari bahwa semua itu sudah kondrat kauniyah. Waktu bergulir cepat tanpa bisa diulang. Masalahnya sudahkah waktu singkat kita di dunia ini kita gunakan dengan efektif?
Pemikiran di atas sungguh menohok bila digunakan untuk merefleksi apa yang sudah aku perbuat selama 2014 di usia yang lebih dari setengah abad. Ketika tahun 2014 datang aku sangat gembira menyambutnya. Begitu banyak target dan janji untuk menyemangati diri sendiri. Tapi di tengah perjalanan apa yang terjadi? Tentu tak seindah impian.
Akhir Desember 2013 aku mengikuti pelatihan Teacher Training Writing yang diselenggarakan oleh IGI Jakarta bertempat di UNJ selama dua hari. Hasil dari pelatihan ini cukup lumayan (dari pada lumanyun ). Ada wadah khusus buat mempraktekkan ilmu yang diperoleh yaitu di Guraru, Guru Era Baru. Ini adalah sebuah rumah yang komunitasnya para guru di Indonesia yang hobi menulis dan peduli dengan dunia pendidkan. Alhamdulillah ada apresiasi dari keaktifan dan juga tulisan yang aku posting berupa uang tunai Rp.250.000,- selain berbagai buku sebagai hadiah keaktifan atau juga buku dari sponsor.
Mimpiku yang hampir meredup karena kurang dipupuk atau memang sudah terlalu tandus untuk ditanami, perlahan tapi pasti kucoba untuk merawatnya kembali. Kuberi food supplement, kubuang penyakit yang merusaknya, dan kubangun kembali mimpi yang hampir mati itu. File lama aku bongkar lalu hampir tiap hari aku posting di Guraru, blog baru, atau di Kompasiana. Hasilnya ada satu tawaran menulis buku kroyokan atau istilah lainnya antologi. Pak Thamrin Sonata, wartawan sekaligus penulis kawakan mengajakku. Akhirnya buku itu terbit di awal Maret 2014 dengan judul ”25 Kompasianers merawat Indonesia”. Tema tulisanku tidak jauh dari parenting, yaitu ”Sudahkah Anak Kita Menjadi Asset Dunia Akherat”. Ini sebuah tulisan bagaimana seharusnya seorang ibu merawat anaknya dan juga generasi yang ada di bumi Indonesia.
Pak Thamrin di pertengahan Juni 2014 kembali mengajak membuat buku dengan tema pancasila rumah kita..Tadinya aku tidak sanggup menimbang waktu yang mepet dan merasa kurang menguasai materi yang akan aku tulis. Tapi Pak Thamrin terus meminta supaya aku ikut. Aku teringat tulisanku yang pernah aku posting di Kompasiana. Tulisan itu tentang edisi khusus ringkasan kajian Tafsir Al Quran yang aku peroleh ketika duduk manis di sebuah ta’lim yang sering aku ikuti. Aku pikir ini ada relevansinya dengan sila pertama yaitu “ Ketuhanan yang Maha Esa”, bagimana kita menjadi orang Islam yang sesungguhnya. Ada perasaan bahagia yang tak ternilai ketika tulisanku bisa jadi satu buku dengan banyak tokoh kritis di dunia penulisan, Ada dosen, purnawirawan, dan tokoh lain yang memiliki pemikiran yang hebat tentang Indonesia.
Tahun 2014 adalah tahun yang begitu indah dan penuh keberkahan. Rasanya perlu berjuta halaman untuk menuangkannya kembali. Kali ini aku fokus merefeksi hasil belajarku menulis. Semangatku selalu on. Dari hari, minggu, bulan berjalan setiap saat ada kesempatan untuk mengembangkan diri di dunia literasi. Bergabungnya aku dengan IIDN Soloraya. Alhamdulillah ada dua naskah yang sudah ngantri di penerbit. Jasa jual putusnya juga sudah kunikmati. Naskah tersebut “Manggis dan Sirsak Dua Buah Penumpas Penyakit Yang Mematikan.” Dibidani oleh Re! Media, info ku dapat dari pertemuan IIDN Soloraya di rumah Mbak Ima di Karanganyar, April 2014.
Naskah ke dua aku tulis ketika mendapat info dari Mba Ety bulan Juni 2014, ketika IIDN Solo mengadakan kopdar di Taman Balekambang. Materi yang membahas masalah blog milik Pakde Kholik nyasar ke salah satu nama yang sama dan ternyata beliau seorang yang bekerja di penerbitan. Sangat sederhana. Lewat chatting di inbox, lalu kirim outline dan contoh tulisan, saya dikirimi SPK (surat perjanjian kerja) dan diminta menulis tentang ”Prilaku Sehat yang Harus Diketahui Anak”. Begitu selesai, uang jasa pun cair. Alhmadulillah.
Istilah berteman dengan pedagang minyak wangi berlaku untukku. Mengapa? Pertemananku dengan komunitas penulis membawaku jadi beraroma harum. Aku aktif di IGI Soloraya yang didaulat jadi sekretaris. IGI menjalin kerja sama dengan media cetak Joglosemar. Alhamdulillah. Tiga kali aku mengirim naskah, ada dua yang dimuat. Tulisan opini yang aku kirim adalah yang sedang aktual yaitu Kurtilas (Kurikulum 13)
Kalau ditanya sudah puas dengan hasil yang dicapai, pasti aku menjawabnya belum, karena masih ada resolusiku yang belum tercapai. Kira kira apa ya? Menjadi motivator di suatu events atau diklat kepenulisan. Walau saat ini rutin seminggu sekali aku sudah menularkan ilmu menulisku yang masih berumur jagung ini kepada santri-santri putri di Pondok Pesantren Takmirul Solo.
Aku akhiri dulu tulisan ini, berharap bisa menjadi sesuatu yang memotivasi diriku sendiri dan mungkin bisa juga untuk menginspirasi mbak, ibu, dan siapa saja yang sempat singgah di tulisan ini.